" AKU TAK MAMPU MERANGKAI SEBARIS KATA"



                                           : kepada juwitaku, Lestari Er


Aku tak mampu 
merangkai sebaris kata
sebagai ungkapan cinta padamu
Setelah dengan begitu lembut
tipis bibirmu mengecup
permukaan jarijari tanganku
di pagi hari


Aku tak mampu
merangkai sebaris kata
memaknai arti cinta darimu
Ketika wajahmu yang juwita
tersenyum menyimpan cahaya
sedang kita harus menyusuri
panas jalan raya tengah hari
tanpa sebuah alas kaki


Aku tak mampu
merangkai sebaris kata
menjadi sebuah sajak cinta
Karena dari aroma tubuhmu
yang telah aku cumbu
meluruhkan kesunyian malam
Lahirlah anakanak
menjadi bukti cinta sebenarnya




                              (yogyakarta, 26 desember 2010)
                                        :: dharmo-gandoel ::



" NATAL DI KOTA KECIL "




Dua puluh tahun yang lalu

Ketika lonceng gereja kota
mengabarkan datangnya natal
Sepulang dari ngaji di sebuah langgar
perkampungan jawa transmigran
Santun kami saling menyapa pantun
dalam tabuhan ganda dan gongi
di tepian lembah biru
danau Sintuwu Maroso
Laju awan menjadi saksi
Dengan bergandeng tangan,
kaki menghentak sekali ke kiri
bergantian dua kali ke kanan

"Te ada pendatang, te ada tadulako
Kitorang semua adalah basaudara"

Sambil duduk berdampingan
Lezat Sogili bakar dan Bungu goreng
di atas piring nasi jaha
dengan pedasnya dabudabu rica,
tersantap habis tak tersisa
Selepas irama Dero terhenti
meninggalkan malam
Kami akhirnya saling berpamitan
Terdengar adzan subuh
dari langgar kampung transmigran
Terdengar lonceng gereja
kembali mengalun di angkasa
Dan dua puluh tahun berlalu,
angin meninggalkan jejak cinta
hingga dasar hati kami
walau tak pernah tersisa
di daun telinga milik mereka
yang tersumbat jelaga

"So boleh ada curiga, so boleh ada bara
Kitorang samua salalu basaudara"


                              (yogyakarta, desember 2010)
                                      :: dharmo-gandoel ::

" RINDU DAN AIR MATA "





lewat risik angin 
diantara celah daun jendela
wajahmu hadir
ketika detak jarum jam
menertawakan kesunyian 
di atas ranjang


     kasih,
     rindu telah menikam jantungku !


sepasang lampion warna merah
perlahan berayun di sudut rumah
setelah hujan kecil
menyapa sebuah tikungan jalan
tanpa desah suara
mengabarkan semburat hitam
terbungkusnya tirai malam


     kasih,
     air mata telah menyiksa hatiku !


kepada dinding kamar
aku akhirnya berseru,
seberapa lama jantungku mati
tak bernafas,
seberapa jauh hatimu berpaling
meninggalkanku,
rindu telah menjadi senandung
perjalanan hidupku
dan hidupmu




              (dinding fb, 17 desember 2010)
          karya dwipa, soekatjha widjatmanta,
                   nisa farhanah, puj astuti,
                           dharmo-gandoel







" KENAPA ? "



kita yang acap kali menyaksikan
anakanak muda perguruan tinggi
dicurigai karena bergerombol
ketika matahari membakar aspal
siang hari,
lalu kenapa bapak memilih sibuk
merapikan letak dasi
sambil bergaya di halaman utama
koran pagi?


anakanak muda itu
sesungguhnya adalah juga rakyat
yang memiliki hak bertanya
atas beberapa janji
sebelum bapak 
akhirnya memegang kendali


kita yang acap kali menyaksikan
anakanak muda perguruan tinggi
menyulut amarah di tengah jalan raya
dengan timbunan ban bekas
menantang barisan keamanan
bersenjata tameng dan gas air mata,
kenapa bapak tak datang saja 
menghampiri lalu memeluk mereka
sehingga mata kita dapat tersenyum
menyaksikan berita di layar kaca?


bapak 
sesungguhnya adalah pemimpin 
yang memiliki hak
menjadi panutan sejati
sehingga anakanak muda itu
menjalankan kewajiban
dengan ikhlas dan bakti,
tanpa terjadi saling serang
antara keras batu di atas udara
menghadapi peluru karet
yang menembus rongga dada


dan kita cuma bisa bertanya,
kenapa acap kali terjadi,
kenapa?


                     (yogyakarta, desember 2010)
                             :: dharmo-gandoel ::

" DI COFFEE SHOP SEBUAH MALL TENGAH KOTA "







Menikmati seduhan panas
arabika hitam Kosta Rika

dengan sedikit manis gula
Matamu hadir
sebening cahaya purnama
mengunjungi senja
Sedang gerimis jatuh
dibalik kaca beranda coffee shop
sebuah mall tengah kota

"Mas,
hasratku berbunga kala kita jumpa..."

Bibir kecilmu
yang sibuk mengunyah 
donut berlapis coklat Belgia
dengan irisan kecil almond California
Berbincang tentang
laju perjalanan angin tanpa suara
Senyum malumalu mu 
menjelma kerlip kunangkunang
Menari diantara lampu merkuri
tepi jalan raya

"Mas,
tatapanmu tak banyak merangkai kata..."

Dua cangkir Cappuccino Forest
Sepiring Alcapone, Glazzy 
dan Cheez Me Up 
tersisa di atas meja
Namun aroma lembut melati
dari rambut panjangmu
terikat pita kecil warna jambu
terasa dalam menembus 
detak jantungku
Malam yang larut
Gerimis yang tak juga reda
Kita pun akhirnya
meninggalkan jejakjejak rindu
sebagai sebuah kisah
berjarak ruang dan waktu


                     (malioboro mall, 7 desember 2010)
                                 :: dharmo-gandoel ::



"MEMELUK MALAM"



apa yang membelai di kabut
menjadi diam
apa yang mendesir di angin
menjadi hening
apa yang menyala di cahaya
menjadi daya
apa yang melindungi di hasrat
menjadi makna
apa yang meresap di hati
menjadi sunyi
apa yang menyentuh di jiwa
menjadi sejati


memeluk malam,
memeluk luas arrasy' tanpa tepi




                     (yogyakarta, 1 Muharam 1432 H)
                                :: dharmo-gandoel ::

"TAHTA UNTUK RAKYAT"



"Sekalipun berpendidikan Belanda,
saya pertamatama adalah seorang Jawa
Seorang Indonesia !"


Kakek moyang kami bangga berceritera
Seorang raja Ngayogyakarta Hadiningrat
memiliki sifat Negarawan sejati
Dengan tulus serta rendah hati menggabungkan diri
pada sebuah Republik yang baru bisa berdiri


"Jika tuantuan hendak memperlakukan Keraton
seperti perampok tanpa sopan santun di Kepatihan,
karena tuantuan bersenjata sedangkan saya tidak
Maka tuan harus melangkahi mayat saya !"


Nenek moyang kami antusias berceritera
Seorang Sampeyan Dalem Kanjeng Sultan
Hamengku Buwono Senopati Ingalaga
Abdurrakhman Sayidin Pranatagama Kaping Sanga
selalu mengendarai jip terbuka tanpa kawalan
yang memacetkan lalu lalang jalan raya
Bahkan menolak pencitraan diri
yang menciptakan kekuasaan keluarga, kroni
atau keuntungan kelompok pribadi


Maka dari para leluhur kami memahami
tahta feodal mampu perduli kepada nurani rakyat
melahirkan demokrasi mencintai
Kami pun kini dengan lantang bersuara:


Tindakan tuantuan yang tak ubahnya
reinkarnasi Jenderal Meyer dan Kolonel Van Langen
adalah alibi diktator berkedok demokrasi basi
Kini yang tuan harus hadapi 
mayatmayat kami !




                                      (yogyakarta, desember 2010)
                                             :: dharmo-gandoel ::

 
Template by Asker Akbar | Powered by Blogger and Rahatewing |

Copyright © 2011 Gallery Sajak Si Kecil - "Dharmo Gandoel" |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.