"KISAH CINTA SEPASANG KUPUKUPU"



"Seberapa dalam sunyi mampu menikam rindu?"


Meratap air mata perawan putri saudagar Zhu,
tuan tanah terpandang kota Zhejiang
Seketika berceriteralah sehelai daun kemboja
tatkala angin mengugurkannya ke tanah
Tentang muasal sebuah makam basah
bertabur melati, kenanga serta wangi dupa
Pada nisan kayu tertulis satu nama, Sam Pek
Lakilaki rembulan yang kehilangan malam


Sam Pek, O, Sam Pek
Diatas kuda jantan hitam kau berlari
meninggalkan tapal batas kota
sambil membawa nyala bara dalam dada
hanya karena perbedaan tingkat kasta
Sedang hati perawan tak punya pilihan 
menebus segala jasa ayah-bunda


Sam Pek, O, Sam Pek
Kau hisap udara bertuba
dengan mengungkung diri di kamar
berteman segumpal rambut perawan
Kau pilih jalan kematian
dengan menenggak keras air tuak
sambil menulis sajaksajak luka
tanpa memakai tanda baca

Sam Pek, O, Sam Pek
Dengan menahan beribu rasa pilu 
bunda kabulkan keinginan terakhirmu
untuk kembali menjumpai sang perawan
Maka tatkala rombongan calon pengantin
keluarga Zhu lewat depan makam
Sang perawan bergegas turun dari tandu
menghampiri nisan kayumu


"Seberapa jauh cinta mampu mengoyak kalbu?"


Sehelai daun kemboja melanjutkan ceritera
dalam hujan lebat menghampiri senja
Tentang muasal sebuah makam basah
bertabur melati, kenanga serta wangi dupa
Pada sisi makam bersimpuh seorang perawan
Mereka panggil dengan nama Eng tay


Eng tay, Ya, Eng Tay
Kau singkap tabir malam bagi perempuan
dengan membawa seberkas cahaya bintang
Di sekolah Hang Zhou mengganti penampilan diri
Bukan hendak menantang aturan tradisi
Bukan hendak menggenggam kekuasaan lakilaki
Namun meminta hak kaum perempuan
untuk menikmati jendela ilmu pengetahuan


Eng Tay, Ya, Eng Tay
Kau dapati seorang lakilaki 
dengan sorot mata selembut rembulan
Kepada guru Sun Yee kau titip bandul kipas
sebagai ungkapan tulus hati berwarna ungu
walau ayah-bunda memintamu untuk kembali
Dan kau pun ikhlas menerima pertunangan
yang sebenarnya menyiksa keinginan hati


Eng Tay,Ya, Eng Tay
Tak akan dapat berhenti laju awan
tatkala musim berganti di dinding tanggalan
Tak akan pernah kembali sebuah mimpi
setelah takdir menghampiri jalan kehidupan
Dan kenyataan terkadang terasa menyakitkan
karena tak sejalan dengan harapan


"Adakah rindu dan cinta berbatas ruang-waktu?"


Menggelegar halilintar dari balik angkasa
menakutkan hingga bermilmil jaraknya
Tak terdengar lagi air mata perawan
Tatkala Eng Tay tibatiba melompat masuk
dalam makam Sam Pek yang membelah dua


Tampak dua ekor kupukupu terbang beriringan
sebelum makam menutup seperti sedia kala
Tampak dua ekor kupukupu terbang beriringan
meninggalkan sehelai daun kemboja
sebelum usai mengakhiri jalan ceritera
Dan cinta seorang lakilaki rembulan
Dan rindu milik sang perawan
Ikut terbang beriringan menembus cakrawala
tempat bersemayamnya para dewa




                                       (yogyakarta, maret 2011)
                                          :: dharmo-gandoel ::

" EPISODE CINTA "

Kita yang menyibak tirai jendela
tatkala cinta tibatiba datang menyapa
Kita ungkap nyala bara asmara
Mengikat sebuah janji pada rangkai kata


Hangat cahaya matahari yang menyelinap
diantara celahcelah lubang udara
Mengajak hasrat untuk segera bergegas
menebar benih rindu dalam cumbu rayu


Kita yang memandang dari kaca jendela
kuncupkuncup bunga terbuka di beranda
Kita tanpa sadar mendapati perselisihan
menghadang bersama turun hujan
Senyum telah menyembunyikan air mata


Laju angin yang menyeret kumpulan awan
setelah mendung menutup warna angkasa
Membawa hati tak lagi saling percaya
Peristiwa demi peristiwa menjadi hilang
tanpa menyisakan kenangan


Kita yang akhirnya menutup tirai jendela
Sebelum senja menghapuskan janji
Sebelum malam memisahkan hati
Kita hanya bisa bergumam,


"...cinta tak mesti mendapatkan akhir"




                                  (yogyakarta, maret 2011)
                                      :: dharmo-gandoel :



" REINKARNASI NERO "



Nero tak pernah mati bunuh diri
seperti ceritera sang pelayan Efpafroditus
Dari zaman ke zaman kita dapat saksikan
Manusia menguliti darah dagingnya
Anak menghabisi nyawa ibu kandungnya
Lakilaki memperkosa kaum hawa
untuk membebaskan birahi srigala


"Aku adalah api yang menghanguskan bumi !"


Nero memiliki kecerdasan teramat luar biasa
Mampu menembus dinding ruang dan waktu
Tak puas dengan sebuah Colloseum berdarah
Yang menarungkan manusia dengan singa
Yang menarungkan sesama bangsa manusia
Kini melalui teknologi modern internet
serta layar kaca
Nero kembali hadir memberi hiburan realita
Manusia mengintimidasi, menyiksa,
bahkan saling melenyapkan bangsanya
Genangan darah menjadi tontonan seharihari
untuk dinikmati sebagai kebutuhan hati
Lalu perut yang lapar dibiarkan tua, pikun,
hingga akhirnya terlupa


"Aku adalah api yang menghanguskan bumi !"


Nero yang dulu menolak kehadiran dewa
dalam beragam bentuk patung istana
Kini ikut mengakui keberadaan Tuhan
Namun menghalalkan aniaya dalam berkuasa
Membiarkan dosa untuk tetap bertahta
Dan Nero,
benarbenar tak pernah mati bunuh diri
meski alam raya telah mengadili nyawanya
berulangulang kali




                                  (yogyakarta, maret 2011)
                                      :: dharmo-gandoel ::



 
Template by Asker Akbar | Powered by Blogger and Rahatewing |

Copyright © 2011 Gallery Sajak Si Kecil - "Dharmo Gandoel" |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.