dari dua buah mata cantikmu
gerimis jatuh amat perlahan di pundakku
saat daundaun diayunkan angin
dan camar laut diatas gelombang
menyambut tergelincirnya matahari senja
kita yang tak mampu lagi
menyelesaikan katakata memilih diam
dalam jarum yang melewati angkaangka
terasa bahwa angin menarik laju awan
tanpa pernah mau bertanya
kepada keinginan kita sebenarnya
hati pun akhirnya seperti luas lautan
senantiasa menyimpan warna biru
walau kita telah tinggalkan tepi pantai
dengan cinta yang menjadi kenangan
pada setiap pergantian musim
yang mungkin tak lagi milik kita
(yogyakarta, juni 2010)
:: dharmo-gandoel ::
Tidak ada komentar:
Posting Komentar