Minggu, 27 Maret 2011
"KISAH CINTA SEPASANG KUPUKUPU"
"Seberapa dalam sunyi mampu menikam rindu?"
Meratap air mata perawan putri saudagar Zhu,
tuan tanah terpandang kota Zhejiang
Seketika berceriteralah sehelai daun kemboja
tatkala angin mengugurkannya ke tanah
Tentang muasal sebuah makam basah
bertabur melati, kenanga serta wangi dupa
Pada nisan kayu tertulis satu nama, Sam Pek
Lakilaki rembulan yang kehilangan malam
Sam Pek, O, Sam Pek
Diatas kuda jantan hitam kau berlari
meninggalkan tapal batas kota
sambil membawa nyala bara dalam dada
hanya karena perbedaan tingkat kasta
Sedang hati perawan tak punya pilihan
menebus segala jasa ayah-bunda
Sam Pek, O, Sam Pek
Kau hisap udara bertuba
dengan mengungkung diri di kamar
berteman segumpal rambut perawan
Kau pilih jalan kematian
dengan menenggak keras air tuak
sambil menulis sajaksajak luka
tanpa memakai tanda baca
Sam Pek, O, Sam Pek
Dengan menahan beribu rasa pilu
bunda kabulkan keinginan terakhirmu
untuk kembali menjumpai sang perawan
Maka tatkala rombongan calon pengantin
keluarga Zhu lewat depan makam
Sang perawan bergegas turun dari tandu
menghampiri nisan kayumu
"Seberapa jauh cinta mampu mengoyak kalbu?"
Sehelai daun kemboja melanjutkan ceritera
dalam hujan lebat menghampiri senja
Tentang muasal sebuah makam basah
bertabur melati, kenanga serta wangi dupa
Pada sisi makam bersimpuh seorang perawan
Mereka panggil dengan nama Eng tay
Eng tay, Ya, Eng Tay
Kau singkap tabir malam bagi perempuan
dengan membawa seberkas cahaya bintang
Di sekolah Hang Zhou mengganti penampilan diri
Bukan hendak menantang aturan tradisi
Bukan hendak menggenggam kekuasaan lakilaki
Namun meminta hak kaum perempuan
untuk menikmati jendela ilmu pengetahuan
Eng Tay, Ya, Eng Tay
Kau dapati seorang lakilaki
dengan sorot mata selembut rembulan
Kepada guru Sun Yee kau titip bandul kipas
sebagai ungkapan tulus hati berwarna ungu
walau ayah-bunda memintamu untuk kembali
Dan kau pun ikhlas menerima pertunangan
yang sebenarnya menyiksa keinginan hati
Eng Tay,Ya, Eng Tay
Tak akan dapat berhenti laju awan
tatkala musim berganti di dinding tanggalan
Tak akan pernah kembali sebuah mimpi
setelah takdir menghampiri jalan kehidupan
Dan kenyataan terkadang terasa menyakitkan
karena tak sejalan dengan harapan
"Adakah rindu dan cinta berbatas ruang-waktu?"
Menggelegar halilintar dari balik angkasa
menakutkan hingga bermilmil jaraknya
Tak terdengar lagi air mata perawan
Tatkala Eng Tay tibatiba melompat masuk
dalam makam Sam Pek yang membelah dua
Tampak dua ekor kupukupu terbang beriringan
sebelum makam menutup seperti sedia kala
Tampak dua ekor kupukupu terbang beriringan
meninggalkan sehelai daun kemboja
sebelum usai mengakhiri jalan ceritera
Dan cinta seorang lakilaki rembulan
Dan rindu milik sang perawan
Ikut terbang beriringan menembus cakrawala
tempat bersemayamnya para dewa
(yogyakarta, maret 2011)
:: dharmo-gandoel ::
Tidak ada komentar:
Posting Komentar