kepada: dharmo-gandoel
dekat rambu perempatan terlihat bulan
malam datang bersama antri kendara
kota-kota menderukan pulang istirah
tapi kelok masih jauh
bulan bertembok pencakar
langit mengkelokkan harapan
keringat nguncur campur lusuh jaket juga tas pinggang
si tua dan vespa batuk sesuka
aku dan dharmo-gandoel mau nyebrang
tapi bayang abad masih pekat
jembatan daki dan pialang nasib bangsa kami
ketika seberang tiada lagi lambai
mata saling berbisik
berhentilah bercakap-cakap dengan diri sendiri
tu becak tu decak
kami kopas senyumnya
di antrian paling belakang
nyala merah rambu lebih lama
hijau buat sedan kiri terus jalan
banyak kanan harus lebih tahan lama dibakar sabar
anak-anak punk -kah itu dengan pentungan
periksa di perempatan dapat recehan
abad-abad terus lewat
bangsat-bangsat makin sarat
kapankah kami menyeberang ?
(mengenang sahabat sajakku dharmawan pawitra)
muh rain
indonesia, 19 november 2010
...dan beribu terimasih alias matur suwun serta salam hormat
kepada sahabatku Muh Rain dari Nangroe Aceh Darussalam
yang telah meberi hati dan aliran nyawaku lewat sebuah puisi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar