Rabu, 29 September 2010
" MIMPI SEBUTIR KERIKIL DI TROTOAR JALAN MALIOBORO YOGYA "
(Subuh itu Jum'at Kliwon memasuki awal Suro
menyusup angin di halaman satu koran kota.
Bagai iklan obat Gosok,
pedas mata menyimak artikel kepala:
Ada plaza, ada modernisasi kota!)
Syahdan,
sebutir kerikil bimbang merenda sebaris kata
di trotoar ladang harap hidup pusar kota sasar
Hasrat besar rajang isi kepala
"Andaikan aku menjadi kekasih seorang pemilik plaza
tentu tiap hari tak ada pening kepala dikerumun
beragan aroma bau tubuh manusia
Tentu bila capek dibelai sejun AC Chevrollet
sambil jalanjalan menghitung luas lahan kekayaan
atau lembar keuntungan investasi tertanam
yang katanya memacu laju modernisasi kota
seperti teori para pakar ekonomi
Ah, nasib bicara pula
Aku ini hanya sebutir kerikil jalanan,
hasrat besar hanyalah kecut limau kerongkongan"
Senak dada, senak sukma
Hidup tiada pasti tangkup segala penat raga
"Telah puluhan tahun nongkrong di trotoar
Yang terasa cuma kulit pelancong lokal
'nginjak gepeng bikin encok pinggang
Yang terlihat cuma kutang nganga bule mancanegara
memaksa hasrat syahwat main mata
dengan bibit kudis, sipilis atau juga penyakit aids
dalam diskotik, hotel, restoran bahkan swalayan
sampai tikar jajan lesehan"
Bersiul kerikil lemas, siul duka cemas
Wajah trotoar seakan garang pedas
Sebutir kerikil mimpi busuk tadi malam
Dengan duka wajah dikabarkanlah pada kerikil lainnya
Tentang beribu peragawati ayu penjaga plaza
membawa budaya lipstik dan rok diatas paha
Salah satu peragawati ayu itu merayu manja
petugas sampah kota bertitel insinyur muda usia
agar menyapu kerikil ketempat tak mengganggu mata
Tempat itu, entah dimana....
(yogyakarta, 1993)
:: dharmo-gandoel ::
(Sebuah sajak ku saat kelas 3 SMU yg aku ikutkan
dalam sebuah lomba cipta puisi se-Fakultas Teknik,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, tahun 1994.
Saat itu mendapatkan Juara I)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar