" DARI ATAS BUKIT KECIL BERPOKOK KEMBOJA "



Ada yang tak mampu untuk kulupa
ketika sunyi menyapa rembulan
dari atas bukit kecil berpokok kemboja
Senyum cantikmu terlukis di langit
diantara cahaya redup bintang malam
Sedap aroma rambutmu tersimpan
teramat dalam ke kalbu
selepas kukecup lembut keningmu
Cinta telah hadir di dedaunan


Ada yang tak mungkin untuk kumiliki
walau hati setia menanti laju angin
dari atas bukit kecil berpokok kemboja
Genggam erat jarimu yang tak terlepas
ketika melintasi sisi jalan setapak
Kita jumpai tragedi guguran kembang
sebagai tanda pergantian cuaca
Rindu mendekap kemarau panjang


Ada yang harus mampu untuk kuterima
melenyapkan segala benci atau sakit hati
dari atas bukit kecil berpokok kemboja
Benci yang menyisakan luka dalam dada
Sakit hati yang menyertai duka masa silam
Hasrat pun menyembunyikan diri
dibalik lipatan waktu tanpa garis tepi




                             (yogyakarta, januari 2011)
                                  :: dharmo-gandoel ::

" SEBUTIR CINTA YANG TERSIMPAN "





                                 kepada: Non


Menyusuri hiruk pikuk jalan raya
yang dulu pernah kita lalui berdua
Temaram dari sinar merkuri
mengisyaratkan nyanyian rindu
laju angin mengejar bayangbayang


"Sebutir cinta milikmu
membakar perjalanan jiwaku"


Melewati pergantian musim
Menghitung dinding penanggalan
Mendapati kemarau panjang 
terasa amat menyesakkan dada
dalam gelombang kesunyian


"Sebutir cinta milikmu
selalu tersimpan di tepi hatiku"


Memandang sepasang angsa
bercumbu di tengah sebuah telaga
selepas perpisahan menyapa senja
Tak pernah dapat kita terka
apa yang sesungguhnya tersembunyi
di simpang jalan keinginan


"Sebutir cinta milikmu
tak mesti berpihak pada diriku,
juga pada waktu"




                        (yogyakarta, januari 2011)
                              :: dharmo-gandoel ::

" SAJAK SEBUTIR EMBUN "


ketika hati menanti cahaya pagi
dalam panjangnya pekat malam
sebutir embun
akan hadir sebagai sebuah harapan

ketika jiwa menemukan kesunyian
diantara gemuruh deras hujan
sebutir embun
tetap hadir menjadi irama nyanyian

waktu yang terus berjalan
keinginan yang jauh dari kenyataan
dan sebutir embun
mengajarkan keikhlasan alam raya
pada kehidupan


                     (yogyakarta, januari 2011)
                          :: dharmo-gandoel ::

" BIANG KEJAHATAN "





para penjarah kekayaan alam
atau para pengemplang perbankan
atau para penilep 
ratusan trilyun uang negara
di muka meja hijau
purapura meneteskan butir air mata
setelah para penegak hukum
lebih pintar dari para penulis 
plagiat telenovela
dengan membuat skenario peradilan
tampak berjalan, adil sekaligus nyata 
sedangkan,
maling sebutir telur ayam
atau maling baju di jemuran
yang babak benjut tertangkap massa
di muka meja hijau
acap kali pasrah menerima nasib
karena para penegak hukum
telah berlaku beda
saat menulis berita acara perkara
berkacak pinggang sambil berkata


: camkan baikbaik,
kami lebih tahu hukum dari kalian
kami adalah biang kejahatan !




                     (yogyakarta, januari 2010)
                          :: dharmo-gandoel ::





" PARADOKS DEMOKRASI "





jika ingin jadi kepala desa
jika ingin jadi bupati
jika ingin jadi walikota
jika ingin jadi gubernur
jika ingin jadi anggota dewan
jika ingin jadi presiden
sekalipun
asal punya uang segudang
di negeriku yang demokratis
jabatan menjadi barang dagangan
saling diperebutkan


meski seorang pelaku zina
meski seorang terdakwa
meski seorang koruptor
meski seorang pembunuh
sekalipun
asal mau bagibagi uang
di negeriku yang demokratis
setiap orang mutlak punya hak
untuk tetap mempertahankan
jabatan


sebelum usai jadi kepala desa
sebelum usai jadi bupati
sebelum usai jadi walikota
sebelum usai jadi gubernur
sebelum usai jadi anggota dewan
sebelum usai jadi presiden
sekalipun
asal masih menyimpan uang
maka anak, bini, menantu,
adik, keponakan, kerabat
atau siapa saja
yang awalnya bukan siapasiapa
disulap secara instan
dikemas baru untuk label dagang
melanggengkan dinasti kekuasaan
di negeriku yang demokratis
telah lupa
bahwa ikan yang busuk
awalnya dimulai dari kepala


          
                    (yogyakarta, januari 2011)
                         :: dharmo-gandoel ::

" GILA MAK !!! "



hujan lebat itu tak pernah memahami
dinginnya udara yang menusuknusuk
saat tubuh berlindung di bilik bambu rumah


kau mengajakku tersenyum,
alamak !


rasa lapar yang tak pernah mau perduli
meremas isi perut hari ini atau esok pagi
karena kita memang tak bisa berbuat apaapa


kau tetap mengajakku tersenyum,
alamak !


tapak kaki kekuasaan tanpa punya malu
membuat aturanaturan kehidupan
sebagai suatu alat penindasan nurani
yang hanya melahirkan keadilan jalan raya


dan 
kau pun tetap mengumbar senyum,
benarbenar gila mak !!!




                               (yogyakarta, januari 2011)
                                   :: dharmo-gandoel ::
 
Template by Asker Akbar | Powered by Blogger and Rahatewing |

Copyright © 2011 Gallery Sajak Si Kecil - "Dharmo Gandoel" |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.