" ANTARA RINDU DAN KECEWA "

                                             Sebuah Sajak Sahabat: Endah Eko

ketika ingin kusentuh
selarik awan putih yang jauh
berlayar diangkasa
maka ada rindu dalam dada

ketika rasaku terkoyak luka
diujung belati bergerigi
tanpa setetes darah membuncah
maka ada luka dalam dada

ketika akhir kata pandangmu
menusuk urat punggunggku
membekukan segala hasratku
maka ada kecewa dalam dada

ketika luka 
membaur menjadi satu
dalam sebuah rindu
dan disudut jendela hati
ada sinar matahari pagi
yang menghangatkan rasa
yang mengalirkan nyawa
maka ada ikhlas dalam kecewa
walau ada kata tanpa


(maret 2010)


" CINTA DALAM SETANGKAI ANGGREK "


kepada: melani 




diamdiam
kata rindu menyanyi
dalam harihariku
lewat setangkai anggrek
diberanda halamanmu


     "aku sedang jatuh dihatimu..."


pelanpelan 
kata cinta menari
dalam senja hatimu
lewat setangkai anggrek
diberanda halamanmu


     "aku sedang menikmati rindu..."


dan 
ketika cinta mencumbu rindu
diamdiam
langit menjadi hati
pelanpelan
sajak menjadi saksi

sejati



(yogyakarta, maret 2010)
dharmo-gandoel

" NYEPI dan SEPI "

                           kepada : sahabatsahabatku              
                                                yang merayakan hari Raya Nyepi
                                                Tahun Baru Saka 1932


tatkala apimu padam dalam nafsu badan
tatkala jasadmu menghayati kesendirian
tatkala langkah kakimu terhenti tanpa suara
tatkala pestamu tanpa sesaji dimeja makan


     Nyepimu bukanlah sepi yang mati     
     kesadaran manusia menjadi matahari
     Diamdiam alam rayamu memberi makna
     hamba menyatu pada Sang Pencipta


tatkala nafsuku tak tersimpan dibadan
tatkala jasadku tak meminta imbalan
tatkala langkahku bukanlah kepurapuraan
tatkala pestaku bukanlah kepalsuan


     Sepiku bukanlah nyepi yang mati
     doa bernyawa saat malam menepi
     Dalam diam Tuhanku mengajarkan
     manusia ikhlas berserah raga sepenuhnya


antara langitku dan bumimu
sesungguhnya adalah satu luasnya
namun,
terkadang mata manusia terlalu angkuh
mengkotakkotak pandangannya




(yogyakarta, maret 2010)

'' SEBUAH SAJAK RINDU "



dan daun dalam angin
merangkai kata tanpa aksara
menjelang senja depan jendela


"Kasih,
 aku tulis sajak ini ketika sunyi
 bersenggama dalam hatiku
 padahal baru saja kita bercumbu
 diamdiam tanpa batas waktu"


dan daun dalam angin 
lirih berkabar rindu
dalam mimpimimpi bisu


"Kasih,
 janganlah kamu berpaling 
 walau tak lagi kukatakan
 bahwa cantikmu seindah
 cahya rembulan
 Kerna aku takut
 hatiku penuh kepalsuan
 dalam percintaan"


dan daun dalam angin
berlalu satusatu




(yogyakarta, maret 2010)













" PERCAKAPAN DUA EKOR BANGSAT "

(Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
bangsat adalah sebutan untuk hewan
kutu busuk yaitu serangga berbau 
busuk, tidak bersayap & penghisap darah.
Besarnya sekitar dua millimeter. 
Berwarna hitam mengkilap dan akan
sedikit memerah setelah menghisap darah.)


Alkisah 
Dua ekor bangsat kongkokongko
diatas tikar butut warna coklat
dalam rumah dinding bambu
pinggir kali ciliwung
pada sebuah negerinya manusia


     "Coy,
      sekarang nama kaum kita
      seharum bunga dahlia
      Kata bangsat bukan lagi 
      umpatan juga makian
      Sudah tidak tabu
      Jadi bahasa pergaulan
      Disaksikan ibuibu, 
      bapakbapak, anakanak
      sampai guruguru agama
      Bangsat dilagukan 
      diruang dewan perwakilan
      mereka
      Betul tidak?"


     "Betul... betul.
      Padahal dari zaman candi batu
      sampai millenium tembaga
      nama kaum kita dijauhi tata krama"


Sudah dua hari ini
dua ekor bangsat puasa darah
kerna sang pemilik rumah 
mengungsi
setelah hujan tanpa henti
menyusup diantara
celah banjir sampah kali
Maka dua ekor bangsat
tak bosan menghibur diri
nonton siaran berita
dari pesawat televisi


     "Kadang aku bertanya dalam hati
      apakah kerna kemajuan
      ilmu duniawi
      atau mapannya teknologi
      bangsa manusia
      meninggalkan rasa budaya
      dalam tata laku hidupnya?"


      "Ah sok tahu kamu, Bro' !
      Kata kakek buyut bangsat
      manusia itu makhluk Tuhan
      paling sempurna
      dibanding binatang parasit
      seperti kita
      Cuma mungkin manusia lupa saja
      sama kodratnya "


Panas matahari merobek hari
Layar televisi mengoyak hati
Ketika beberapa menit berselang
dalam layar tersiar kabar
Beberapa nyawa 
bangsa manusia hilang
dalam longsor Ciweday dan Pasir
Jambu
dalam banjir bandang sungai Ngepih
dan sepuluh kota Sumatera Selatan
dalam bencanabencana 
yang mengurai air mata di dada


     "Coy,
      Semoga bencanabencana ini
      memberi daya penyadaran
      bagi bangsa manusia itu
      kembali pada fitrahnya
      Sebelum Tuhan mengirimkan
      bola plasma matahari
      yang berenergi raksasa
      saat badai matahari nanti tiba"


     "...ya semoga"


Dua ekor bangsat
tetap asik nonton televisi
sampai tertidur sendirisendiri





(yogyakarta, maret 2010)

" KISAH KOTAK PANDORA NEGERI KAMI "



di negeri kami tuan,
    kehidupan menjadi purba
    tatkala sebuah kotak Pandora
    dibuka
    setelah bertahuntahun Zeus
    melarangnya
    dan dari dalam kotak itu
    terkuaklah aroma kebobrokan
    kerna 
    seekor tikus dan kucing
    saling melakukan pembenaran
    saling menjatuhkan


di negeri kami tuan,
    lezat sepotong keju
    hanya bisa disantap tikus
    dan kroninya
    hangat segelas susu
    hanya bisa dinikmati kucing
    dan sahabatnya
    lalu
    hukum dan aturan
    menjadi iklan tv waktu malam


di negeri kami tuan,
    anakanak ayam titisan
    Epimetheus
    yang bernyanyi ditepi istana
    atau ditengah jalan raya
    saat panas membakar kepala
    dari zaman ke zaman
    adalah sebuah harapan
    yang telah Zeus hembuskan
    dalam sebutir peluru
    yang membunuh entah berapa
    nyawa
    didada kanan


amat menyesakkan !!!

" PADA SEBUAH PERKAWINAN "


Membaca koran hari ini 
tentang kawin siri 
dan poligami
Dalam secangkir kopi coklat
buatan perempuanku
yang baru aku cumbu tadi malam
dari sekian tahun percintaan
tibatiba 
terasa pekat diatas meja makan


Dan perempuanku menatap
dua mataku tanpa melepaskan
walau selalu kukatakan
hanya wangi kulit tubuhnya seorang
yang ada dalam cumbu peraduan
Lalu aku simpan rapatrapat
celana kolor dalam almari pakaian


Maka sebelum kuhabiskan
tegukan terahir secangkir kopi coklat
Pada secarik kertas kutulis pinta


"Jangan miliki hidupku sepenuhnya
kerna lakilaki
sulit menjaga pandang syahwatnya


Kamu perempuanku
dimata agama teramat mulia
tak pernah berlindung
dari penafsiran ayatayat Tuhan
yang sesungguhnya
ada dicakrawala


Penuh rahasia "






(yogyakarta, maret 2010)

" SENYUM SIMBOK "



Senyum Simbok
dalam pick-up angkot sapi
sehabis menanak nasi
dan mencuci dikali
Adalah nyanyian kenari
diantara helai daundaun jati
sepanjang jalan menuju 
pasar legi


Dan seperti biasa
Sebelum berangkat sekolah
dimeja makan telah ada
segelas kecil teh tawar
buatan Simbok
Sebelum berjualan sayur
setiap hari


Pada simpang empat
tengah kota beberapa hari ini
dalam perjalanan sekolah
selalu ada saja keramaian
dari sekumpulan orang
yang katanya
sedang berdemonstrasi


Ketika malam tadi
menanyakannya pada Simbok
arti sebuah demonstrasi
Simbok malah tersenyum 
seperti pagi ini
"Nduk, 
 dalam hidupharus hatihati..."


Seperti saat Simbok bilang
persediaan beras kami
tak lagi mencukupi
Dan harga satu kilo gula
untuk satu minggu
tak bisa kami beli
Simbok tetap tersenyum


Sore ini hadir kembali
Senyum Simbok 
dalam keranjang sayuran
terikat dipunggung berjarik ungu
Memasuki beranda gubuk kami
"Nduk,
 dalam hidup harus dijalani..."


Simbok,
Simbok


Demi hari
yang senantiasa berganti
dalam sebuah pagi
Menikmati senyuman Simbok
Adalah kesederhanaan 
yang ikhlas
tanpa syak wasangka
Adalah nyanyian kenari
diantara helai daundaun jati






(yogyakarta, february 2010)

















































































































" KISAH SEORANG DARA "


Gadis dibawah jendela
Biarlah dia menangis, mama
Sehabis angin utara
mencucup luka sedalam jiwa
dan rambut telah memutih
kerna sebuah senja


     "Kusimpan hatiku dalam setetes embun..."


Seekor kunangkunang 
lalu berkabar
waktu malam menyelimuti
kesendirian
Pada siapa dulu telah diberikan
segala hasrat dan kepercayaan
Sampai sirna putih kedaraan
dan seorang lelaki tak pernah pulang


     "Kusimpan hatiku dalam setetes embun..."


Gadis dibawah jendela
Biarlah dia menangis, mama
Kerna hakikat suci tentang dara
harus selalu dijaga wanita
Tanpa kata









" PADA SEBUAH TEPI "


menikmati cantikmu
dalam senja laut bisu


angin buritan menggoda 
sukmaku
mengeja sebaris nama
disela bakung dan kelapa,
"Rindu ini 
 adalah milik hatimu
 duhai Juwita"


diamdiam 
setia aku mencumbu
sedap laut arafuru
dalam nafas milikmu


selalu

" KISAH TIGA BUAH BIJI COKELAT "







Nenek Minah !
Nenek Minah !


Mereka menyebut namamu
perempuan dusun paruh baya
Berjarik kelambu usang
Berhati lembayung jingga
Maka berkisahlah,
rontoknya tiga buah biji cokelat
ditanah
sebuah perkebunan milik negara


     
     




"Kulo sampun kapok, Den..."


Terbatabata kamu berkata
dihadapan bapak polisi
sektor kota
yang menginterogasi
Setelah mandor kebun
melaporkan tangan rentamu
terindikasi tindak pidana
Mencuri barang milik negara


Nenek Minah !
Nenek Minah !


Meski tak ditahan dalam terali besi
layaknya seorang maling jemuran
kamu tetap ikhlas jalani pemeriksaan
berjalan dari dusun tanpa alas kaki
Kerna uangmu tak cukup
membeli tiga kilo beras
untuk tiga puluh hari kedepan
Kerna itu pula
tanpa maksud apaapa
kamu pungut 
rontoknya tiga buah biji cokelat
ditanah
saat angin menjatuhkannya


     "Kulo sampun kapok, Den..."


Terbatabata kamu berkata
pada beberapa hari berikutnya
ketika ibu jaksa menyelipkan
sejumlah uang dibalik kutangmu
untuk sangu pulang
Pengadilan negeri pun
memutuskanmu bersalah
dengan hukuman tahanan kota
Jadilah kamu narapidana
Terpidana


Nenek Minah !
Nenek Minah !


Isak tangis seekor gagak
yang kamu jumpai
dalam perjalanan pulang
waktu pagi masih buta
adalah matinya nurani
terhimpit kehidupan papa
Dan aturanaturan manusia
hanya menjadi alat pembenaran
bagi hukum sebuah negara
tanpa keadilan rasa


Nenek Minah !
Nenek Minah !


Betapa parah 
luka menganga !




(yogyakarta, february 2010)





















" ... PULANG KERJA "


               
               ...
pada sebuah dataran
menghirup udara satusatu
saat senja mulai menepi
dalam segumpal awan
berwarna abuabu


langkah waktu
menjelma ikhlas hati 
               ...

" DUA SEJOLI DITEPI PANTAI KRAKAL WONOSARI "

sayang,
nyatakan cintamu
dengan biru angkasa


lalu
aku lebih memilih
hijau plankton lautan
sebagai rasa dalam
dada





































" Di sebuah Kamar Rawat Inap Rumah Sakit Kota "



Jendela yang diketuk itu
tepat pukul satu dinihari
Sehabis hujan beranjak pergi
bersama para perawat
yang sedari sore bercengkerama
Hanya suara jangkerik
Gesek ranting pokok kemboja
Jendela tertutup rapat

     "Siapakah Anda, Tuan?"

Tanpa sadar
telah ada hadirmu ditepi ranjang
Tubuhu yang tak mampu menjamu
Suara menjadi parau memaku
Lampu lima watt, segelas air putih
sebuah meja kayu, tumpukan parcell
Dindingdinding ruang bisu
Dan rautmu
dingin tanpa sapa

     "Tatapan anda, Tuan
      laksana ujung belati dihatiku "

Dan tetap
tanpa satu patah kata

     "Tidakkah anda tahu, Tuan
      Sudah kubangun sebuah surau
      diberanda rumah
      Sudah kuraba sujud lima waktu
      dengan rapal mantra tanpa jemu
      Sudah kulantun ayatayat
      tentang rahasia surga dan neraka
      saat malam mulai membatu
      Sudah kutebar cinta
      untuk yatim piatu, hamba sahaya
      atau mereka yang papa"

Dan jarimu
menarik tirai jendela
memandang dingin pekat malam
tak bersuara

     "Jangan berpaling seperti itu, Tuan
      Bukankah diluar sana
      dingin masih tersisa?"

Dan tibatiba
lenganmu memaksa sukmaku
melewati jendela yang diketuk itu
Anakanak, bini, dan tetangga
menangis tersedu
dibalik sebuah keranda

Dan baru
kudengar bisikmu Tuan :
Bila ikhlas
masihkah kau hitunghitung
amalmu disaku celana ?





(yogyakarta, january 2010)





" Sebuah Cahaya di Sudut Malioboro "



..........
menjalani fajar pagi
kerna hidup memang
harus melangkah kaki

dengan nyali
..........

" SEBUAH PERTEMUAN "


Lelaki sunyi
dibawah bayang purnama
menepi depan pendiangan
batu
pada sebuah kursi kayu
Udara dingin menyelusup
dari lubang jendela
mengurai helai demi helai
rambut memutih senja

  "Masih terasa manis
   suara kecilmu, Sari..."

Dalam nyala bara api
kamu bersaksi
Delapan belas tahun
yang berlalu
Seorang perempuan sederhana
dengan tahi lalat mungil
sekian centi dibawah mata
telah lenyap dari gugus
bintangbintang angkasa
di pinggir sebuah kota
tanpa alamat
tanpa berita


   "Masih terasa renyah
    suara kecilmu, Sari..."

Tibatiba
tanpa sengaja
kamu menjumpainya tak lagi
sendiri
Waktu telah merenda hidupnya
dalam rumah ungu
berpagar deretan cemara
dan
seekor kelinci putih
menemani canda hidupnya
setiap pagi
Lalu
terpendam luka dan rindu
saat pedih dalam dada
mendekap malam

   "Tetap tersimpan lirih
    suara kecilmu, Sari..."

Lelaki sunyi
dibawah bayang sendiri
menepi depan pendiangan
batu
pada sebuah kursi kayu

Tanpa siapasiapa



(yogyakarta, january 2010)



" SURAT SARMIDI BUAT MARNI "

Mar,
aku tulis surat ini
waktu hujan deras
kayak tambur genderang tanpa perkusi
dalam becak depan terminal wisata Ngabean
Mata ini kok ya ndak bisa terpejam
Jalan raya senyap
sehabis kumandang isya
dari langgar Persatuan Ahmad Dahlan

Libur akhir Masehi dua ribu sembilan ini
cukup ngasih rejeki
Ada delapan kali bolakbalik nganter
anakanak sekolah wisata menyusuri Malioboro,
Gedung Negara, Alunalun Utara,
keratonnya Sinuhun Sultan,
Museum Kereta sampai perempatan
Taman Sari
Semua jalan macet
bukan kerna demo para mahasiswa
atas susahnya daya hidup
tapi kerna banyaknya karbon monoksida knalpot
mobilmobil luar kota mengotori udara
Dan
empat bungkus nasi kucing sambel teri,
wedang teh jahe,
serta dua klencer sigaret samsoe
angkringnya Lek Man
menghilangkan capek waktu hujan masih rintik
di senja

Mar,
aku ndak pernah tahu
kenapa harus nulis ini
Dibilang kangen kok aku malu
cuma tukang becak saja aengaeng
Tapi
setahun ndak ketemu membuat
aku getun, gelo
Mengijinkan kamu jadi batur ibu kota
kini malah kamu raib ditelan malam
ndak ada kabar ceritera

Sudah pukul tiga pagi
setiap mendengar adzan awal
masjid gede Kauman
aku ingat pintamu saat Rasulan
di Paliyan, Wonosari- Gunung Kidul
Aku harus jadi orang baik
meninggalkan lapen dan ciu
tiap malam dibadan

Mar,
aku sekarang sudah sembahyang
lima waktu
walau ndak sempurna banget
sejak kamu pergi
Selepas maghrib bila ndak ada tarikan
belajar iqro' dikontrakkan ustad Husni
selatan setasiun kereta Tugu
bareng satu-dua ciblek pasar Kembang
Tiap minggu aku juga sudah kirim
uang receh buat simbok
di Hargowilis, Kokap- Kulon Progo

Itu kerna aku ingat pesanmu lagi
bahwa aku harus nabung narik becak
buat sangu ndunyo
bahwa aku harus nabung kebajikan
buat sangu suwargo

Mar,
aku simpan surat ini
sebelum subuh berlalu
Aku kirim entah kapan ndak tahu
Lha,
aku ndak ngerti alamatmu
Tapi
aku percaya Gusti Pangeran
akan menghadirkan kamu lagi
Dan
saat matahari sepenggalahan datang
di awal masehi dua ribu sepuluh ini
aku tetap narik becak lagi

Wong lanang harus setia pada bumi,
pada janji
Seperti Tugu Ngayogyakarta
yang juga selalu setia sebagai simbol
istimewa
dalam irama pelog slendro gamelan jawa
yang tenteram,
sederhana...





(yogyakarta, awal january 2010)




































 
Template by Asker Akbar | Powered by Blogger and Rahatewing |

Copyright © 2011 Gallery Sajak Si Kecil - "Dharmo Gandoel" |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net

Usage Rights

DesignBlog BloggerTheme comes under a Creative Commons License.This template is free of charge to create a personal blog.You can make changes to the templates to suit your needs.But You must keep the footer links Intact.