" MIMPI SEBUTIR KERIKIL DI TROTOAR JALAN MALIOBORO YOGYA "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Rabu, 29 September 2010
/
Comments: (0)
(Subuh itu Jum'at Kliwon memasuki awal Suro
menyusup angin di halaman satu koran kota.
Bagai iklan obat Gosok,
pedas mata menyimak artikel kepala:
Ada plaza, ada modernisasi kota!)
Syahdan,
sebutir kerikil bimbang merenda sebaris kata
di trotoar ladang harap hidup pusar kota sasar
Hasrat besar rajang isi kepala
"Andaikan aku menjadi kekasih seorang pemilik plaza
tentu tiap hari tak ada pening kepala dikerumun
beragan aroma bau tubuh manusia
Tentu bila capek dibelai sejun AC Chevrollet
sambil jalanjalan menghitung luas lahan kekayaan
atau lembar keuntungan investasi tertanam
yang katanya memacu laju modernisasi kota
seperti teori para pakar ekonomi
Ah, nasib bicara pula
Aku ini hanya sebutir kerikil jalanan,
hasrat besar hanyalah kecut limau kerongkongan"
Senak dada, senak sukma
Hidup tiada pasti tangkup segala penat raga
"Telah puluhan tahun nongkrong di trotoar
Yang terasa cuma kulit pelancong lokal
'nginjak gepeng bikin encok pinggang
Yang terlihat cuma kutang nganga bule mancanegara
memaksa hasrat syahwat main mata
dengan bibit kudis, sipilis atau juga penyakit aids
dalam diskotik, hotel, restoran bahkan swalayan
sampai tikar jajan lesehan"
Bersiul kerikil lemas, siul duka cemas
Wajah trotoar seakan garang pedas
Sebutir kerikil mimpi busuk tadi malam
Dengan duka wajah dikabarkanlah pada kerikil lainnya
Tentang beribu peragawati ayu penjaga plaza
membawa budaya lipstik dan rok diatas paha
Salah satu peragawati ayu itu merayu manja
petugas sampah kota bertitel insinyur muda usia
agar menyapu kerikil ketempat tak mengganggu mata
Tempat itu, entah dimana....
(yogyakarta, 1993)
:: dharmo-gandoel ::
(Sebuah sajak ku saat kelas 3 SMU yg aku ikutkan
dalam sebuah lomba cipta puisi se-Fakultas Teknik,
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, tahun 1994.
Saat itu mendapatkan Juara I)
" JIHAD DAN KEZALIMAN "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Senin, 27 September 2010
/
Comments: (0)
Kalau dahulu kakek-nenek kita
hanya dengan sebatang bambu
berteriak jihad kepada tanah air
yang telah diambil hak hidupnya
oleh ketamakan penjajahan
Demi sebuah langit kemerdekaan
Lalu kenapa engkau memekik jihad
dengan meracik bom rakit
untuk aksi kekerasan dan pembantaian
sebagai bentuk kesewenangwenangan?
Sebagai bentuk halal kezaliman?
Kalau dahulu ibu-bapak kita
tanpa menenteng sebuah senjata AK
mengikrarkan janji jihad bersama
Bekerja membanting tulang
untuk mendapatkan sandang
Untuk kesejahteraan pangan
Membesarkan anakanak
agar hidup bisa berkecukupan
Lalu kenapa engkau jalani jihad
membabi buta menembakkan tajam peluru
ke saudara sedarah?
Merampok harta, merampas kebebasan
atas nama kesucian agama?
Kalau dahulu di sebuah langgar kecil
tempat kita mengaji sore,
belajar akhlak dan budi pekerti
Kita dengarkan seorang ustad dusun
menafsirkan kitab Siroh Nabi,
bahwa Nabi termulia Muhammad
mengangkat senjata untuk mempertahankan diri
Bukan menyerang untuk kekerasan
Bukan menebarkan ketakutan
Bukan melahirkan waswas tak aman
Lalu kenapa engkau jadikan jihad
dengan membajak agama sebagai amunisi
untuk mengambil nyawa manusia?
Untuk mengumbar nafsu kebencian
dan udara kacau tak berkesudahan?
(yogyakarta, september 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" KELOK BULAN TIKUNGAN JALAN "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Sabtu, 25 September 2010
/
Comments: (0)
kepada: dharmo-gandoel
dekat rambu perempatan terlihat bulan
malam datang bersama antri kendara
kota-kota menderukan pulang istirah
tapi kelok masih jauh
bulan bertembok pencakar
langit mengkelokkan harapan
keringat nguncur campur lusuh jaket juga tas pinggang
si tua dan vespa batuk sesuka
aku dan dharmo-gandoel mau nyebrang
tapi bayang abad masih pekat
jembatan daki dan pialang nasib bangsa kami
ketika seberang tiada lagi lambai
mata saling berbisik
berhentilah bercakap-cakap dengan diri sendiri
tu becak tu decak
kami kopas senyumnya
di antrian paling belakang
nyala merah rambu lebih lama
hijau buat sedan kiri terus jalan
banyak kanan harus lebih tahan lama dibakar sabar
anak-anak punk -kah itu dengan pentungan
periksa di perempatan dapat recehan
abad-abad terus lewat
bangsat-bangsat makin sarat
kapankah kami menyeberang ?
(mengenang sahabat sajakku dharmawan pawitra)
muh rain
indonesia, 19 november 2010
...dan beribu terimasih alias matur suwun serta salam hormat
kepada sahabatku Muh Rain dari Nangroe Aceh Darussalam
yang telah meberi hati dan aliran nyawaku lewat sebuah puisi...
dekat rambu perempatan terlihat bulan
malam datang bersama antri kendara
kota-kota menderukan pulang istirah
tapi kelok masih jauh
bulan bertembok pencakar
langit mengkelokkan harapan
keringat nguncur campur lusuh jaket juga tas pinggang
si tua dan vespa batuk sesuka
aku dan dharmo-gandoel mau nyebrang
tapi bayang abad masih pekat
jembatan daki dan pialang nasib bangsa kami
ketika seberang tiada lagi lambai
mata saling berbisik
berhentilah bercakap-cakap dengan diri sendiri
tu becak tu decak
kami kopas senyumnya
di antrian paling belakang
nyala merah rambu lebih lama
hijau buat sedan kiri terus jalan
banyak kanan harus lebih tahan lama dibakar sabar
anak-anak punk -kah itu dengan pentungan
periksa di perempatan dapat recehan
abad-abad terus lewat
bangsat-bangsat makin sarat
kapankah kami menyeberang ?
(mengenang sahabat sajakku dharmawan pawitra)
muh rain
indonesia, 19 november 2010
...dan beribu terimasih alias matur suwun serta salam hormat
kepada sahabatku Muh Rain dari Nangroe Aceh Darussalam
yang telah meberi hati dan aliran nyawaku lewat sebuah puisi...
" NEGERIKU DAN PARA DUKUN "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Kamis, 23 September 2010
/
Comments: (0)
Betapa hebatnya negeriku saat ini
Karena menjadi peramal terulung di muka bumi
Bukan hanya mampu meramal tentang cinta,
tentang jodoh, apalagi tentang nasib
Tapi produksi beraspun diprediksi
berdasarkan angka ramalan kirakira
oleh para dukun pertanian dan perdagangan
sebagai cahaya rembulan pembangunan
Sepuluh koma satu juta ton stok beras
awal tahun ini cuma terpakai sampai
lima koma delapan juta ton saja
Dengan bangga para dukun mengumumkan
lewat surat kabar dan siaran berita tivi
bahwa negeriku akan kelebihan produksi
di awal tahun dua ribu sebelas nanti
Tibatiba tatkala puasa dan lebaran selesai
harga beras bertengger diatas puncak gunung
tanpa pernah mau pasang tarif umum
Tibatiba di kawasan perdagangan Barelang
bukan cuma mobil gelap jadi ilegal
tapi beraspun secara syah namun diamdiam
didatangkan dari beberapa negeri tetangga
Tibatiba dana satu triliun rupiah milik rakyat
dijadikan pilihan untuk membeli beras
bukan dari para petani di negeri ini
Betapa hebatnya negeriku saat ini
Karena menjadi peramal terulung di muka bumi
Bagaimana tidak?
Para dukun bernyanyi waktu tengah hari
Bahwa lambatnya harga yang diingini
karena ada mafia spekulasi tak cinta negeri
Padahal sebenarnya dari waktu ke waktu
para dukun pertanian dan perdagangan itu
cuma sibuk meramal harapanharapan
Tak perduli harga sebutir beras para petani
lebih rendah dari sebutir gabah
Maka demikian hebatnya negeriku ini
Para dukun pertanian dan perdagangan
telah mampu mendidik para petani
untuk tidak perlu mencangkul tanah di sawah
tapi cukup menanam bibit padi diantara bintang
yang kerlapkerlip jauh di langit tanpa batas
Dan tahutahu negeriku sudah swasembada beras
(yogyakarta, september 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" API DAN LUKA "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Minggu, 19 September 2010
/
Comments: (2)
api... darah... pedih !
api... darah... sedih !
api... darah... perih !
menjilat api tersulut darah
ribuan jasad meludah nyawa
A tetes embun pergi pada lari
P seusai kloneng kemanusiaan
I tinggi terkultus
diseru, didamba
D semua cumalah cerita manis
A lihat saja wajah bumi berduka
N udara tercemar oleh bau mesiu
moncong laraslaras berasap
L tank buru rejam
U membisa, mesra
K cobalah dengar tetesan doa
A dari muncratan anyir darah
atau jiwa tanpa kata cinta
muntah membuat rasa luka
luka... murka... luka !
sayat... duh... sayat !
nanar... o... nanar !!!
(yogyakarta, 1992)
:: dharmo-gandoel ::
Sebuah sajak ku saat kelas 2 SMA yg aku ikut sertakan dlm
lomba Cipta Puisi Tingkat SMTA se-DIY dan Jateng yg
diselenggarakan oleh Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan
Yogyakarta (kini Univ. Negeri Yogyakarta) dan Yayasan
Pembina Alumni (YABINA) IKIP Yogyakarta dlm rangka
Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-64 pada tgl 1 Oktober-
22 November 1992,
dan hanya mendapat juara harapan III.
menjilat api tersulut darah
ribuan jasad meludah nyawa
A tetes embun pergi pada lari
P seusai kloneng kemanusiaan
I tinggi terkultus
diseru, didamba
D semua cumalah cerita manis
A lihat saja wajah bumi berduka
N udara tercemar oleh bau mesiu
moncong laraslaras berasap
L tank buru rejam
U membisa, mesra
K cobalah dengar tetesan doa
A dari muncratan anyir darah
atau jiwa tanpa kata cinta
muntah membuat rasa luka
luka... murka... luka !
sayat... duh... sayat !
nanar... o... nanar !!!
(yogyakarta, 1992)
:: dharmo-gandoel ::
Sebuah sajak ku saat kelas 2 SMA yg aku ikut sertakan dlm
lomba Cipta Puisi Tingkat SMTA se-DIY dan Jateng yg
diselenggarakan oleh Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan
Yogyakarta (kini Univ. Negeri Yogyakarta) dan Yayasan
Pembina Alumni (YABINA) IKIP Yogyakarta dlm rangka
Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-64 pada tgl 1 Oktober-
22 November 1992,
dan hanya mendapat juara harapan III.
" YA ALLAH, YA ROBBI "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
/
Comments: (0)
kepada: shinta s. adi- alif adinda
Bismillahu awwalahu Ramadhan
Alhamdulillahi wa akhirahu Syawal
Taqobbalallaahu minna wa minkum
Shiyamana wa shiyamakum
Kullu 'amin wa antum bi khairin
Ja'alanallahu minal 'aidin wal faizin
Ya Allah, Ya Robbi
Jauhkanlah kami
menjadi manusia yang merugi
karena terlampau mencintai duniawi
Dekatkanlah kami
kepada syurga dan kemenangan
karena mampu membersihkan diri
Ya Allah, Ya Robbi
Selama tiga puluh hari
mata dan lisan kami belajar menahan diri,
tubuh dan jiwa kami belajar mengerti nurani,
tangan dan hati kami mencoba menengadah
memohon pengampunan sejati
Setelah tiga ratus enam puluh lima hari
kami pun akhirnya berbagi kebahagiaan
kepada saudarasaudara tercinta kami
atas segala limpahan harta dan rizki
Ya Allah, Ya Robbi
Jadikanlah kami manusia cerdas
karena memahami makna takwa
Bukan manusia yang dungu
karena hanya menyusuri jalan durhaka
(yogyakarta-batam, september 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" HAMPA "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
/
Comments: (0)
dan rindu turun di hutan cemara
menyambut kehadiran malam
dan kita selalu saja di sini
memandang luas angkasa
: kosong- sendiri
(yogyakarta, september 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" ASMARA MENDEKAPKU "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
/
Comments: (0)
Ma,
kudapati seorang lelaki mengirim senyumnya
ke dinding hati, ke kutubkutub malam
kelandasan bintang dan rembulan
ketika udara dingin mencolek pipiku
Wajahnya tibatiba menjelma
dalam seikat bunga berpita ungu
yang aku taruh di atas bantal
Lembut bagai bianglala
Seikat bunga berpita ungu
adalah jejakjejak yang tertinggal
setelah lelaki itu mengecup ujung jariku
perlahan tanpa suara di sayap senja
Betapa detak jantungku terasa menjerit
dan tak mampu merangkai katakata
menjadi sebuah puisi lagi, Ma
Entah dari arah mana
kini aku merasakan serbukserbuk rindu
jatuh dari angkasa malam ke sekujur tubuhku,
ke bulubulu jiwaku
Ma,
asmara mendekapku di ranjang ini
(yogyakarta, september 2010)
:: dharmo-gandoel ::
kudapati seorang lelaki mengirim senyumnya
ke dinding hati, ke kutubkutub malam
kelandasan bintang dan rembulan
ketika udara dingin mencolek pipiku
Wajahnya tibatiba menjelma
dalam seikat bunga berpita ungu
yang aku taruh di atas bantal
Lembut bagai bianglala
Seikat bunga berpita ungu
adalah jejakjejak yang tertinggal
setelah lelaki itu mengecup ujung jariku
perlahan tanpa suara di sayap senja
Betapa detak jantungku terasa menjerit
dan tak mampu merangkai katakata
menjadi sebuah puisi lagi, Ma
Entah dari arah mana
kini aku merasakan serbukserbuk rindu
jatuh dari angkasa malam ke sekujur tubuhku,
ke bulubulu jiwaku
Ma,
asmara mendekapku di ranjang ini
(yogyakarta, september 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" DARI ATAS JEMBATAN TOL JAGORAWI "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Sabtu, 18 September 2010
/
Comments: (0)
Memandangmu dari atas jembatan tol jagorawi
Karbon monoksida serta nitrogen oksida
dari knalpot sembilan koma enam juta kendaraan
berduyunduyun menghampiri kerongkongan
masuk ke hati dan nongkrong di rahim ibu kota
Lalu kujumpai janinjanin bayi tanpa berat normal
lahir dengan kondisi rusak isi otaknya
Karena kebohongan dan ketidakjujuran dipertahankan
untuk menertawakan apa yang disebut kebenaran
Memandangmu dari atas jembatan tol jagorawi
Cerobong pabrik dan gedung pencakar langit
menghamburkan sulfur dioksida serta asap jelaga
merata ke seluruh angkasa ibu kota
Sehingga penyakit asma jiwa menjangkit kemanamana
ketika orang yang diperkosa atau pun kelaparan
dianggap sebagai budaya kelaziman jaman
Sehingga kita bisa melihat orang bersiul sambil tertawa
ketika ada tetangga terkena sakit jiwa
akibat tergusur dari pekerjaan juga rumahnya
Memandangmu dari atas jembatan tol jagorawi
Karbon dioksida yang tanpa warna dan tak berasa
telah menghadirkan efek rumah kaca
yang membuat lubang menganga pada budi nurani
Lalu ketika ada sekelompok orang diberondong peluru
atau ada penjahat dipujapuja sedang orang yang baik
diejek agar hidupnya lekas mati dalam putus asa
Agama tak lagi menjadi aturan untuk manusia
karena manusia menjadi dajjal yang mengatur agama
(kp. makasar-jakarta, september 2010)
:: dharmo-gandoel ::