kepada : Hadly Amerensia L
Kita yang kini telah menepi
diantara dua buah tebing
dengan sebuah jurang berjarak
sebuah samudra
Masih dapat saling menatap mata
lewat biru langit pagi hari
ketika cahaya matahari menyapa
Diantara jarak dua buah tebing
Selalu dapat kuhirup wangi rambutmu
yang terbawa angin pantai Limbo
sehabis latihan menari Dero
Dalam lezat sepiring Binte Biluhuta
yang amat kurindu saat kita
menyantapnya bersama siang hari
Kusimpan sebuah senyum indah
dalam warna merah jingganya senja
yang hanya milikmu semata
Kita yang kini telah menepi
diantara dua buah tebing
saat berjalan menuruni tepi jurang
karena hari telah menjadi malam
Kepada anakanak yang kita besarkan
akhirnya kita dapat mendongeng
bahwa kita pernah menggenggam
rembulan
(yogyakarta, mei 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" DALAM SEBUAH PERJALANAN "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
/
Comments: (0)
Memandang cuaca dari balik jendela
gerbong tiga
embun jatuh perlahan di kaca
dalam gelap laju kereta malam
Tibatiba hati menjadi sendiri menghitung
jarak satu persatu
setelah stasiun pemberangkatan
jauh berlalu
"Hai !
Bayang siapa berkelebat di luar itu?"
Mata yang coba menerkanerka
diantara tidur pulas penumpang
pada sejumlah kursi
tak juga mendapati tahu siapa
yang datang tanpa suara
Sedang angin bergerak dalam dencit
rel dan sambungan gerbong
saat kereta berhenti sejenak
di stasiun pemberhentian pertama
"Hai !
Bukankah udara begitu dinginnya? "
Ketika laju kereta malam kembali
bergerak menuju stasiun akhir tujuan
Bayang itu tetap berkelebat di luar
tanpa pernah ada sapa
Dan di setiap stasiun persinggahan
yang entah keberapa
Hati berharap tak semakin asing
menerima datangnya bayang itu
dalam sebuah perjalanan akhir
Mata berharap dapat mengenal
bentuk bayang itu agar ikhlas
menyambutnya
"Hai !
Ijinkan bibirku mengeja nama Kekasihku
dalam sisa waktu! "
(stasiun tugu-jatinegara, mei 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" TANPA RASA MALU "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Jumat, 14 Mei 2010
/
Comments: (0)
Lelucon tua yang bukan lelucon lagi
tibatiba telah terjadi di sebuah negeri
Tentang lakilaki gila di tepi jalan raya
yang tak memakai selembar celana
tanpa rasa malu memamerkan
alat kemaluannya
Dan beberapa lelaki waras yang lewat
tanpa rasa malu tertawa menyaksikan
sampai lupa bahwa pada hari kemarin
satu stel dasi, kemeja dan celana
hasil mencukai para tetangga
hanya penutup kelamin palsu semata
Esok lusanya beberapa lelaki waras
tanpa rasa malu tertawa
dalam sebuah rumah penjara
yang katanya sesuai standar
hak asasi manusia
Sedang lakilaki gila di tepi jalan raya
makin bertambah jumlahnya
kerna tanpa rasa malu
telah menjadi budaya
Ada lagi,
tentang perempuan gila di tepi jalan raya
yang tak memakai selembar kutang
tanpa rasa malu tertawa memamerkan
sepasang bukit payudara
Dan beberapa wanita waras
tanpa rasa malu malah meniru
di halaman tabloid, layar kaca
sampai gambar berwarna dunia maya
Padahal sudah bertahuntahun terlewat
adikadik beberapa wanita waras itu
hilang dalam huruhara mempertahankan
sebuah perbedaan tanda titik dan koma
Maka perempuan gila di tepi jalan raya
juga akan bertambah jumlahnya
setelah anakanak tega memperkosa ibu
bahkan membunuh ayah mereka sendiri
Lelucon tua yang bukan lelucon lagi
adalah malapetaka di sebuah negeri
(yogyakarta, mei 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" SEBUAH RUMAH TAK BERDAUN PINTU "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Selasa, 11 Mei 2010
/
Comments: (0)
Memasuki sebuah rumah tak berdaun pintu
ketika sepertiga malam membelah waktu
Cuaca senyap di luar mengabarkan
tentang angin yang bergerak amat perlahan
diantara pucuk ranting pohon jambu
Sedang dingin menusuk bulubulu hidung
dan permukaan kulit
"Kekasih,
sebaris sajakku yang telah kesepian
mengalirkan laut rindu untuk bertemu..."
Menunggu dalam sebuah ruang hampa udara
tanpa seperangkat meja dan kursi tamu
Di dinding terpampang beberapa bayang
Ada gambar ibu mencuci di kali
saat ayah sibuk memerah susu sapi
Ada gambar istri yang menanak nasi
setelah anakanak menangis
saat meminta uang jajan setiap hari
Sedang beberapa bayang lain telah pudar
menjadi peristiwa yang terlewati
"Kekasih,
sebaris sajakku yang telah kelelahan
membentur pada batu untuk mengadu... "
Ketika tubuh yang sendiri
terlontar jauh dari riuh kehidupan bumi
Tibatiba jiwa menjadi cengeng
kerna semakin papa tanpa siapasiapa
dalam sebuah rumah tak berdaun pintu
dengan ruang hampa udara
Padahal didalamnya tersimpan rahasia
senyum Maha Cahaya yang hanya milik-Nya
(yogyakarta, mei 2010)
:: dharmo-gandoel ::
" KISAH PEREMPUAN MULIA FATIMAH AZ-ZAHRA "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Rabu, 05 Mei 2010
/
Comments: (0)
Fatimah,
perempuan dengan wangi kesturi selebar
langit ke tujuh cakrawala
Cahya bintang yang memancar pada hatimu
bukan kerna dalam tubuhmu telah mengalir
darah mulia Rasul sejati Muhammad
Tetapi kerna kalbumu senantiasa menuliskan
sajak cinta dalam bentuk sebenarnya
"Jika aku mati,
basuh dan belailah tubuhku
hanya dengan kedua tanganmu
wahai suamiku tercinta Sayyidina Ali"
Fatimah,
senyummu menjadi deretan awan lembut
yang berarak berabadabad di angkasa
saat kau setia memasak, menyuap anakanak
hingga menggadaikan sebuah kerudung
pada seorang yahudi
Ikhlas kamu ajarkan infak tanah fadal
kepada kami
Setelah gunung Uhud tak menjadi singgasana
kerna Rasul merindukan kebenaran akhirat
"Jika aku mati,
Berikanlah bidara dan kafani tubuhku
dalam sebuah malam
yang hanya ada aku dan dirimu
wahai suamiku tercinta Sayyidina Ali"
Fatimah,
perempuan sederhana yang ditangisi Jibril
kerna Rasul mencium jarimu setiap pagi
sambil berkata keras di sebuah mimbar
: Kamu adalah bagian dariku
Siapa yang menyakitimu, menyakitiku
Siapa menggembirakamu, membahagiakanku
Bila Ali berpoligami, ceraikan dulu dirimu !
"Jika aku mati,
aku tidak sekalipun menambah pintaku
Hanya kepada Allah semata aku titipkan dirimu
Sampai kita bersatu kembali pada ruang dan waktu
wahai suamiku tercinta Sayyidina Ali"
Fatimah,
peremuan yang menjadi kerinduan
ketika siang dan malam terdengar tangis
anakanak gadis
yang teramat lengang di kotakota
sampai pedesaan
Dimana perempuan memiliki sebuah rahasia
kesejatian yang selalu di palsukan
Datanglah selalu dirimu
kedalam mimpi kami yang telah larut
(yogyakarta, mei 2010)
:: dharmo gandoel ::
" DOA SEORANG LAKILAKI SAAT BERANGKAT KERJA "
Diposting oleh
dharmawan pawitra
on Senin, 03 Mei 2010
/
Comments: (0)
Ya Tuhan yang Rahmaan dan Rahiim
Berikanlah tongkat kayu Musa
yang menuntun kedua kaki hamba
saat meninggalkan rumah
dan memilih angkutan kota
Sehingga hamba tidak salah jurusan
apalagi terlambat sampai tujuan
Ketika hamba mencari rahasia rizki
yang datang waktu dhuha
di daratan, lautan atau udara hampa
Ya Tuhan yang Waahid dan Maajid
Letakanlah kapak Ibrahim
pada kedua tangan hamba yang papa
Agar hamba mengetahui
tentang kebenaran dan kedurjanaan
dalam memegang sebuah perjuangan
Yang akan hamba persembahkan
bagi ibu, bapak atau isteri
dan anakanak buah hati hamba
Ya Tuhan yang Samii' dan Bashir
Curahkanlah zikir Zakaria dan Isa
dalam hati hamba yang kecil
tapi terkadang angkuh dan juga alpa
untuk menengok ke belakang
Setelah selembar uang menyudutkan
nurani hamba pada sejuta keinginan
sebagai bukti kemapanan
yang senantiasa didebatkan
Ya Tuhan yang Lathiif dan Kabiir
Pancarkanlah cahaya sejati Muhammad
ke dalam nafas dan jiwa hamba
Sehingga hamba senantiasa menyadari
segala keikhlasan atas rahasia hidup
yang telah Engkau taburkan di bumi
Bahwa kaya dan miskin
Bukanlah satu alasan manusia
menyulut api di tangan
sebagai pembenaran
Bahwa nasib dan takdir Engkau simpan
segala kebaikan dan keburukannya
dalam sebuah catatan
Semoga Engkau berkenan
Ya Tuhan yang senantiasa Hakiim
(yogyakarta, mei 2010)
:: dharmo-gandoel ::
Berikanlah tongkat kayu Musa
yang menuntun kedua kaki hamba
saat meninggalkan rumah
dan memilih angkutan kota
Sehingga hamba tidak salah jurusan
apalagi terlambat sampai tujuan
Ketika hamba mencari rahasia rizki
yang datang waktu dhuha
di daratan, lautan atau udara hampa
Ya Tuhan yang Waahid dan Maajid
Letakanlah kapak Ibrahim
pada kedua tangan hamba yang papa
Agar hamba mengetahui
tentang kebenaran dan kedurjanaan
dalam memegang sebuah perjuangan
Yang akan hamba persembahkan
bagi ibu, bapak atau isteri
dan anakanak buah hati hamba
Ya Tuhan yang Samii' dan Bashir
Curahkanlah zikir Zakaria dan Isa
dalam hati hamba yang kecil
tapi terkadang angkuh dan juga alpa
untuk menengok ke belakang
Setelah selembar uang menyudutkan
nurani hamba pada sejuta keinginan
sebagai bukti kemapanan
yang senantiasa didebatkan
Ya Tuhan yang Lathiif dan Kabiir
Pancarkanlah cahaya sejati Muhammad
ke dalam nafas dan jiwa hamba
Sehingga hamba senantiasa menyadari
segala keikhlasan atas rahasia hidup
yang telah Engkau taburkan di bumi
Bahwa kaya dan miskin
Bukanlah satu alasan manusia
menyulut api di tangan
sebagai pembenaran
Bahwa nasib dan takdir Engkau simpan
segala kebaikan dan keburukannya
dalam sebuah catatan
Semoga Engkau berkenan
Ya Tuhan yang senantiasa Hakiim
(yogyakarta, mei 2010)
:: dharmo-gandoel ::