Dua puluh tahun yang lalu
Ketika lonceng gereja kota
mengabarkan datangnya natal
Sepulang dari ngaji di sebuah langgar
perkampungan jawa transmigran
Santun kami saling menyapa pantun
dalam tabuhan ganda dan gongi
di tepian lembah biru
danau Sintuwu Maroso
Laju awan menjadi saksi
Dengan bergandeng tangan,
kaki menghentak sekali ke kiri
bergantian dua kali ke kanan
"Te ada pendatang, te ada tadulako
Kitorang semua adalah basaudara"
Sambil duduk berdampingan
Lezat Sogili bakar dan Bungu goreng
di atas piring nasi jaha
dengan pedasnya dabudabu rica,
tersantap habis tak tersisa
Selepas irama Dero terhenti
meninggalkan malam
Kami akhirnya saling berpamitan
Terdengar adzan subuh
dari langgar kampung transmigran
Terdengar lonceng gereja
kembali mengalun di angkasa
Dan dua puluh tahun berlalu,
angin meninggalkan jejak cinta
hingga dasar hati kami
walau tak pernah tersisa
di daun telinga milik mereka
yang tersumbat jelaga
"So boleh ada curiga, so boleh ada bara
Kitorang samua salalu basaudara"
(yogyakarta, desember 2010)
:: dharmo-gandoel ::