Sebuah Sajak:
Nona Muchtar & dharmo-gandoel
rasanya begitu pilu
ketika diam meraja
dari balik matamu
dua bola penyekap rindu
"Duhai Juwita,
tataplah mataku
tatap selagi masih ada
sebelum luruh suasana
Dan risik daun diluar
jendela
tibatiba memantulakan
suara pilu terkekang
dalam sebuah gua"
dalam gulita yang berceritera
tentang luka
jadikan aku malammalammu
yang penuh bintang
"Duhai Juwita,
janganlah berbisik
diantara daun yang risik
Pada langit malam
yang mengurai warna jingga
bumiku selalu setia
menggenggam kata rindu
padamu semata"
ah, sayang
kini ada sunyi diwajahku
bertanda merah hati
sejak kau mengirim rindu
dan
gerimis tergelincir jatuh
saat kututup jendela satusatu
sebelum sajak menjelma
wajahmu
(bbp-yogyakarta, akhir maret 2010)
5 komentar:
kini ada sunyi di wajahku...wah kerinduan terlalu dalam...
@yuni wijayanto: sedalam apa mbak yun.. sama siapa ya... hehehe...
Kyknya tak terukur...bahkan tak sanggup kutuang bak sajak itu...
@yuni wijayanto: waduh berat mbak yun.. ra melumelu aku.. hehehehe, prikitiew..
Sungguh..kerinduan kpd Gusti Allah adl kerinduan ygtak terukur...kerinduan pd mns adl refleksi cintaku pdNya jua
Posting Komentar