aku tulis surat ini
waktu hujan deras
kayak tambur genderang tanpa perkusi
dalam becak depan terminal wisata Ngabean
Mata ini kok ya ndak bisa terpejam
Jalan raya senyap
sehabis kumandang isya
dari langgar Persatuan Ahmad Dahlan
Libur akhir Masehi dua ribu sembilan ini
cukup ngasih rejeki
Ada delapan kali bolakbalik nganter
anakanak sekolah wisata menyusuri Malioboro,
Gedung Negara, Alunalun Utara,
keratonnya Sinuhun Sultan,
Museum Kereta sampai perempatan
Taman Sari
Semua jalan macet
bukan kerna demo para mahasiswa
atas susahnya daya hidup
tapi kerna banyaknya karbon monoksida knalpot
mobilmobil luar kota mengotori udara
Dan
empat bungkus nasi kucing sambel teri,
wedang teh jahe,
serta dua klencer sigaret samsoe
angkringnya Lek Man
menghilangkan capek waktu hujan masih rintik
di senja
Mar,
aku ndak pernah tahu
kenapa harus nulis ini
Dibilang kangen kok aku malu
cuma tukang becak saja aengaeng
Tapi
setahun ndak ketemu membuat
aku getun, gelo
Mengijinkan kamu jadi batur ibu kota
kini malah kamu raib ditelan malam
ndak ada kabar ceritera
Sudah pukul tiga pagi
setiap mendengar adzan awal
masjid gede Kauman
aku ingat pintamu saat Rasulan
di Paliyan, Wonosari- Gunung Kidul
Aku harus jadi orang baik
meninggalkan lapen dan ciu
tiap malam dibadan
Mar,
aku sekarang sudah sembahyang
lima waktu
walau ndak sempurna banget
sejak kamu pergi
Selepas maghrib bila ndak ada tarikan
belajar iqro' dikontrakkan ustad Husni
selatan setasiun kereta Tugu
bareng satu-dua ciblek pasar Kembang
Tiap minggu aku juga sudah kirim
uang receh buat simbok
di Hargowilis, Kokap- Kulon Progo
Itu kerna aku ingat pesanmu lagi
bahwa aku harus nabung narik becak
buat sangu ndunyo
bahwa aku harus nabung kebajikan
buat sangu suwargo
Mar,
aku simpan surat ini
sebelum subuh berlalu
Aku kirim entah kapan ndak tahu
Lha,
aku ndak ngerti alamatmu
Tapi
aku percaya Gusti Pangeran
akan menghadirkan kamu lagi
Dan
saat matahari sepenggalahan datang
di awal masehi dua ribu sepuluh ini
aku tetap narik becak lagi
Wong lanang harus setia pada bumi,
pada janji
Seperti Tugu Ngayogyakarta
yang juga selalu setia sebagai simbol
istimewa
dalam irama pelog slendro gamelan jawa
yang tenteram,
sederhana...
(yogyakarta, awal january 2010)
0 komentar:
Posting Komentar